Suka Duka Hatta Jadi Pengasuh Panti Asuhan Ridha Enrekang

Rabu, 28 Juni 2017


ENREKANG- Suara adzan subuh telah berkumandang, Muh Hatta, segera bangkit dari pembaringannya. Dia pun bergegas mengambil air wuduh dan bersiap menuju ke Masjid Taqwa Enrekang. Dia adalah imam masjid yang berada tepat di samping tempat tinggalnya. Sebelum ke masjid ia menuju ke setiap bilik kamar para santri  untuk membangunkan mereka melaksanakan sholat subuh berjamaah di masjid. Selepas salat, pria kelahiran 31 Desember 1975 itu, mengarahkan para santri untuk mengaji sejenak sebelum bersiap menuju ke sekolah.
Ya, Itu adalah bagian dari sepenggal tugasnya sebagai pengasuh para santri di Panti Asuhan Ridha Muhammadiyah Enrekang. Rutinitas tersebut tak membuatnya bosan ataupun jenuh, meski itu Ia lakukan hampir setiap hari selama empat tahun terkahir. Ia tak pernah mengeluh dan lelah dengan kesehariannya menjaga serta mengasuh para santri di panti asuhan itu. Baginya apa yang Ia lakukan harus dikerjakan dengan ikhlas agar benilai ibadah di sisi Allah SWT. Apalagi Ia sudah menganggap para santri sebagai anaknya sendiri.

Hal paling indah buatnya adalah ketika melihat 55 santri yang diasuhnya bisa berkumpul dan makan bersama, serta tertawa lepas penuh suka cita di saat berkumpul bersama. "Suatu kebahagiaan sendiri bagi saya melihat mereka yang begembira menikmati hari," kata Muh Hatta kepada TribunEnrekang.com, Rabu (21/6/2017).

"Karena sangat jarang melihat senyum mereka yang merupakan anak yatim piatu dan juga anak yang terlantar," tambahnya. 

Hal yang paling menyulitkan buatnya adalah membina anak yang tidak dibekali pengetahuan agama dan etika sejak lahir dari keluarganya. Itu dikarenakan, untuk membina mereka harus dimulai dari nol dan butuh waktu dan perhatian khusus untuk mengarahkan mereka.

"Kita harus lakukan pendekatan dari hati ke hati dan memahami karakter mereka, agar bisa diarahkan," ujarnya.

Namun hal itu tidak membuatnya menyerah, baginya itu adalah bagian dari rintangan dalam mengasuh dan mendidik para santri. Dia menganggap rintangan itu adalah pengabdian, karena dirinya juga adalah alumni dari panti asuhan tersebut.

"Dulu kita dibina disini selama 6 tahun, hingga saat ini bisa menjadi Imam berkat binaan panti Asuhan Ridha, diajar agama apalagi disini diutamakan sekolah agama," ucap alumni STAI DDI Pare-Pare ini. Diapun mengaku, tak jarang harus meneteskan air mata saat anak yang diasuhnya akan dilepas ke masyarakat untuk hidup mandiri.

"Saya pasti sedih jika anak akan dilepas, karena mereka sudah bertahun-tahun bersama kita, apalagi sudah dianggap anak sendiri," tutur guru honorer agama Islam di SDN 40 Lewaja ini. Meski melepas anak-anak yang dianggap sudah bisa mandiri, Ia tetap memantau keberadaannya dan akhlaqnya para santrinya itu. Ia berharap, anak yang diasuhnya bisa meraih kesuksesan dan kebahagiaan di masa mendatang.

Sumber : http://makassar.tribunnews.com/2017/06/21/suka-duka-hatta-jadi-pengasuh-panti-asuhan-ridha-enrekang?page=2

0 komentar:

Posting Komentar

Recent Post