Salah satu wilayah Indonesia bagian timur yang mempunyai pegunungan
terpanjang di Sulawesi, membentang dari Kab.Sidrap - Kab.Enrekang
-Kab.Luwu-Kab.Tana Toraja yang dinamakan Pegunungan Latimojong. Jalur
pendakian Kab.Enrekang dengan bentang alam , keindahan panorama dan
hangat sambutan penduduk asli serta aroma dan rasa kopi yang khas ini
sudah merupakan rahasia umum dikalangan penggiat alam. Selalu ada rasa
yang tersisa dan rasa jenuh yang terlupa bila berada di lingkungan
bentang alamnya, tidak ada yang tidak ingin kembali ke tempat ini
setelah melalui malam dan meneguk kemudian menghabiskan lebih dari
segelas kopi.
Suku Enrekang masih berhubungan erat dengan Bugis . Pada umumnya
berdomisili di Kabupaten Enrekang provinsi Sulsel. Sejak abad XIV,
daerah ini disebut MASSENREMPULU yang artinya meminggir gunung atau
menyusur gunung, sedang sebutan Enrekang dari ENDEG yang artinya NAIK
DARI atau PANJAT dan dari sinilah asal mulanya sebutan ENDEKAN. Masih
ada arti versi lain yang dalam pengertian umum sampai saat ini bahkan
dalam Adminsitrasi Pemerintahan telah dikenal dengan nama “ENREKANG”
versi Bugis sehingga jika dikatakan bahwa Daerah Kabupaten Enrekang
adalah daerah pegunungan, sudah mendekati kepastian sebab jelas bahwa
Kabupaten Enrekang terdiri dari gunung-gunung dan bukit-bukit sambung
menyambung mengambil ± 85 % dari seluruh luas wilayah yang luasnya ±
1.786.01 Km².
Dari beberapa puncak gunung dibarisan Pegunungan Latimojong, ada dua
puncak gunung yang menjadi favorit bagi para penggiat alam terbuka yakni
Rantemario dan Nene Mori (posisi saling sejajar dan menyambung
mengarah ke utara, dilihat dari peta tophographi), entah apakah karena
bagi mereka jalur ini adalah jalur termudah atau ada hal lain yang
lebih menarik dibanding hanya persoalan jalur karena mendaki gunung
bukan masalah pertandingan fisik maupun ketangkasan. Mungkin banyak
yang telah mendaki kedua puncak ini, namun saya yakin tidak sedikit
banyak dari mereka yang mengetahui legenda mengenai Rantemario dan Nene
Mori, mungkin karena memang tidak ingin tahu dan tidak mempriorotaskan
hal ini, namun adakah lain yang akan kamu tinggalkan selain cerita
nantinya?
Jauh sebelum pemerintahan ini terbentuk, telah diyakini bagi rakyat
Rantelemo dan Karangan yang tidak lain adalah kaki gunung Nene Mori dan
Rantemario, pernah ada kisah yang akan menjadi filosofi untuk pemberian
nama kedua gunung ini.
Dahulu kala, pernah hidup seorang nenek dan cucunya yang bernama Mori.
Sudah menjadi keharusan untuk kelangsungan hidupnya, Nenek mori harus
berburu anoa selain berharap dari pangan hasil bumi yang tidak tiap
harinya bisa ia tuai hasilnya untuk kebutuhan konsumsi setiap hari.
Nenek mori diberkahi kelebihan khusus, memiliki indera keenam yang mampu
melihat dan bersahabat dengan makhluk halus/gaib, masyarakat percaya
bahwa nenek Mori sering berburu bersama dengan makhluk halus pada sebuah
gunung yang sebagian penyusunnya adalah bebatuan.
Nenek mori juga memiliki kerbau putih yang diberi tanda di bagian
telinganya dan apabila kerbau putih tersebut mendadak berlari seolah ada
yang mengejar maka pertanda akan segera turun hujan.
Selain itu, ada yang unik dan terspesialkan dari kisah hidup Nenek mori,
beliau tidak berburu seperti yang masyarakat lain lakukan. Nenek mori
berburu dengan cara melantungkan kidung untuk anoa-anoa yang
berkeliaran liar di hutan sekitar gunung tersebut. Bila ingin memulai
perburuannya, Nenek mori melantunkan kidung diatas sebuah batu besar di
puncak gunung, suara Nenek mori yang terhembus oleh angin dan menggema
karena memantul di dinding gunung dan lembah di bawah puncak gunung
mengalun memanggil dan seolah mengajak yang kedengaran seperti lantunan
kidung persahabatan, maka anoa-anoa pun berdatangan dengan jinak
kemudian menghampirinya. Begitu banyak anoa yang menghampiri sehingga
Nenek mori hanya cukup memilih yang mana yang akan diambil sementara
anoa-anoa itu dengan pasrah menyerahkan dirinya kepada Nenek mori tanpa
perlawanan sedikitpun. Banyak yang menduga Nenek mori juga berkawan
dengan anoa-anoa di gunung itu.
Hingga tiba juga lah masanya, Nenek mori merasa waktunya untuk hidup di
dunia semakin menipis sehingga ia berpesan pada cucunya si Mori
“Dengarkan sebaik-baik pendengaran mu kata-kata ku ini. Apabila engkau
datang di dekat batu tempat biasa nenek bernyanyi sekaligus berburu
anoa, kamu harus berteriak dan seketika itu pula maka daging-daging anoa
pun akan tersedia, ini adalah janji mu untuk ku, bila engkau
melanggarnya maka kamu tidak akan mendapatkan apa pun dan sungguh aku
akan meninggalkan mu cucu ku”. Mori pun mendengarkan dan berjanji kepada
neneknya akan mematuhi pesan sekaligus perintah neneknya itu.
Namun semakin lama Mori semakin diliputi rasa penasaran. Karena merasa
aneh dengan sikap neneknya, Mori pun mendatangi batu tempat neneknya
bernyanyi serta berburu secara diam-diam dengan harapan dapat bertemu
dengan neneknya lagi dan kemudian berteriak memanggil neneknya, namun
janji telah diingkari, tali kesepakatan telah terputus, Nenek mori pun
menghilang dan sampai saat ini dipercaya Mori masih sering datang ke
gunung itu namun tidak ada lagi suara dari lantunan Nenek mori dan
daging anoa yang tersedia. Itulah legenda mengapa gunung tersebut
dinamakan gunung Nene Mori(dalam bahasa Indonesia adalah Nenek Mori).
Disebelah utara gunung Nene Mori terhampar punggungan gunung nan luas
yang hampir keseluruhan lantainya tersusun dari batu hitam (penduduk
sekitar menamainya batu bolong). Begitu luasnya, dipertigaan jalur
menuju ke gunung Nene Mori-karangan-Puncaknya terdapat lapangan yang
luasnya hampir tidak lebih kecil dari luas lapangan sepak bola. Konon
ceritanyan gunung ini adalah tempat segala makhluk
berbahagia.Daratan/lapangan yang cukup luas yang memberikan kesenangan
dan kebahagiaan, muemang secara logis itu karena indahnya pemandangan di
Batu bolong ini namun penyebab kebahagiaan yang lain hanya Tuhan yang
tahu,kita manusia terlalu banyak menduga.
Terdiri dari dua kata dalam bahasa Duri tentunya yakni “Rante = Daratan
luas/lapangan” dan “Mario = Senang/Bahagia”. Itulah mengapa gunung ini
dinamakan Rantemario. Rantemario puncak gunung yang berarti Daratan
kebahagiaan dan tepatnya daratan yang berada di puncak gunung sehingga
dapat dikatakan puncak kebahagiaan. Namun karena kedua gunung ini saling
menyambung dan pasti salah satu gunung ini terlihat bila berada di
puncak gunung Rantemario maupun Nene Mori serta legenda gunung ini
saling bertolak belakang walaupun gunung ini tidak terpisahkan. Sehinnga
bila letak geografis dan legenda dari kedua gunung ini diformulasikan
maka akan tercipta chemistry kata-kata “Rantemario adalah puncak
kebahagiaan dibalik durja Nenek Mori”
Sumber : http://madipalafipunm.blogspot.com/2012/04/legenda-rakyat-gunung-rantemario.html
0 komentar:
Posting Komentar