Rasanya baru kemarin daku melaksanakan program KKN. Eh, sekarang-sekarang adik tingkatku mulai ‘galau’ dan kerap mendiskusikannya. Hum… beneran deh! Sidang komprehensif, skripsi, toefl, bla bla bla telah merenggut sebagian besar isi memoriku. -_-‘
Khawatir gak bakal hidup nyaman di daerah terpencil? Ragu-ragu bisa berbaur dengan anggota kelompok KKN yang asing-asing itu?
Bimbang dengan program kerja yang akan disuguhkan ke masyarakat? Takut gak bisa beradaptasi dengan cuaca, bahasa, adat-istiadat dan tetek-bengek tempat baru itu?
Hey… Semua pikiran or spekulasi itu w a j a r, kok. Tetapi… kalau meyakini semuanya, baru deh gak wajar. Hehehe. Kenapa? Daku pribadi telah membuktikan bahwa kekhawatiran dan pikiran negatifku pra-KKN ternyata tidak sepenuhnya terpampang nyata. Intinya… menerka-nerka sih boleh tapi baiknya jangan mensugestikan KKN-mu bakal buruk, gak berkesan, rumit, penuh konflik, dan seabreg catatan negatif lain. Kalau jadi kenyataan ‘kan bakal repot?! -_-‘
Baiklah baiklah… jom deh kita bahas tips menghadapi Kuliah Kerja Nyata alias KKN! ^_^
1. Luruskan Niat, Yuk?!
Masih percaya ‘kan dengan “segala
sesuatu tergantung niat”? Kalau niatnya baik, insya Allah dimudahkan.
Termasuk KKN. Hayuk deh kita niatkan tujuan utama KKN; mengabdikan diri
pada masyarakat, mengaplikasikan teori yang kita dapat di bangku
perkuliahan, belajar beradaptasi dengan kebudayaan daerah lain, belajar
memahami perbedaan, belajar mandiri, kerja sama, dst.
2. Ikuti Apapun Kegiatan Pra-KKN
Biasanya sebelum KKN dilaksanakan, pihak
lembaga akan membuat serangkaian acara pra-KKN. Entah itu pembagian
kelompok, sosialisasi mengenai pembiayaan, lokasi KKN, pembekalan, dst.
Kebayang deh waktu itu aku cuma kenal dua orang dari 20 anggota kelompok
berbagai fakultas. Mereka asing dan sama sekali tak daku tahu sifat or karakternya.
So… kalau tak ada hal-hal yang penting,
sangat dianjurkan deh jika kita mengikuti semua kegiatan itu. Selain
mendapat informasi mengenai all about KKN, kita pun akan memiliki banyak
kesempatan untuk berdiskusi dengan anggota kelompok KKN. Jadi insya
Allah deh rasa persaudaraannya mulai terpupuk dan kita gak bakal kikuk.
3. “PDKT” dengan Anggota-anggota Kelompok KKN
Baiknya PDKT alias pendekatan dengan
anggota kelompok KKN kita lakukan dari pra-KKN itu sendiri. Maka gak
perlu merasa rugi untuk menghadiri diskusi kelompok (entah mendiskusikan
program kerja, peralatan dan perbekalan yang diperlukan, ‘aturan’
internal bersama, alokasi dana/anggaran, penyusunan organisasi kelompok,
dst) sebelum benar-benar berangkat ke lokasi KKN. Semua itu itung-itung
ujian awal untuk kelompok kita, sebelum nanti menghadapi ujian
sebenarnya yang lebih rumit dan tak terduga di lokasi KKN.
Nah, biasanya pertemuan demi pertemuan
pra-KKN itu akan “membuka” topeng masing-masing secara perlahan. Yang
awal-awalnya jaim akan “keluar” deh aslinya. Bagusnya, mengetahui sejak dini karakter masing-masing akan menjadi modal penting untuk “hidup bersama” di lokasi KKN.
4. Google Map atau “Rekreasi” Sambil Survey?
Dosen Pembimbing atau pihak kampus
biasanya akan memberi maklumat supaya kita melakukan survey lokasi
terlebih dahulu. Semua anggota kelompok gak wajib ikut, yang penting ada
perwakilan ke sana. So, pilihan ada di tangan kita; ikut survey
langsung atau hanya tahu gambaran dari google map?
Kakakku sempat menggunakan google map
untuk mengetahui gambaran lokasi KKN-ku, Desa Kubang Jero – Kecamatan
Banjarharjo – Kabupaten Brebes. Namun karena tak puas, aku pun ikut
survey saja. Kenapa survey-nya dibilang sambil “rekreasi”? Karena
kedatangan kita ke lokasi KKN itu memang dalam suasana santai.
Ketika kami tiba… banyak hal yang kami
pelajari. Beberapa diantaranya yaitu mengenai medan jalan (apakah
memungkinkan jika beberapa diantara kami membawa sepeda motor?), keadaan
geografisnya, rumahnya (apakah memadai dan strategis? dekat dengan
balai desa? dekat dengan sekolah? dekat dengan pasar?), pasar atau
tempat kami memenuhi kebutuhan primer, sambutan atau antusiasme aparat
desa dan masyarakatnya, kebutuhan masyarakatnya (agar kita bisa
mencocokkan dengan program kerja), adat-istiadat, bahasanya (apa sunda?
sunda halus atau kasar? apa jawa?) dst.
Karena konsepnya santai, agenda kami pun
hanya seputar mengobrol dengan aparat desa (Kepala Desa, Sekdes, Kepala
Dusun, dst), pemilik rumah (mengenai keadaan rumah dan desa itu
sendiri), ketua RT/RW dan berkeliling desa demi menghampiri, senyum +
salam + sapa sekaligus mensosialisasikan keberadaan kami pada
masyarakat.
5. Susun Rencana Program Kerja yang Baik dan Benar
Survey sekaligus “rekreasi” itu bukan
berarti kita hanya observasi tempat lalu tak membawa ‘oleh-oleh’ apapun.
Hasil survey berupa pengetahuan mengenai keadaan desa itu sangat
membantu mendukung program kerja yang pas kita rencanakan untuk desa
tersebut.
Contohnya di lokasi KKN-ku (Desa
Kubangjero – Kecamatan Banjarharjo – Kabupaten Brebes). Program kerja
budidaya ikan memang baik, tetapi keadaan desa kami tak memungkinkan,
maka program kerja tersebut bakal gak bener jika diterapkan. Jadi selain
program kerja yang baik, kita mesti pertimbangkan juga apakah program
kerja tersebut cocok dan diperlukan pihak desa atau tidak. ^_^
6. Buat “Job Description”
Kalau program kerja sudah tersusun,
selanjutnya kita buat pembagian kerja. Untuk memudahkan, biasanya
pembagian kerja tersebut akan disesuaikan dengan spesialisasi
masing-masing fakultas. Misalnya program pemberantasan buta huruf
dipegang oleh anak-anak fakultas pendidikan, program vertikultur oleh
anak fakultas kehutanan, program pengenalan komputer dan internet oleh
anak-anak fakultas komputer, program tertib administrasi oleh anak-anak
fakultas ekonomi jurusan manajemen, dst. Agar lebih tertata, kita juga
bisa menunjuk koordinator program kerjanya.
7. Penampilan Berkesan di Awal-awal
Awal kedatangan kita ke desa cukup
mempengaruhi respon masyarakat selanjutnya. Baiknya hari-hari pertama
kedatangan kita ke desa, kita isi dengan PDKT ke seluruh elemen
masyarakat (aparat desanya, tokoh masyarakatnya, anak-anaknya,
ibu-ibunya, bapak-bapaknya, dst). Jangan sungkan untuk bergabung dengan
ibu-ibu yang tengah mengobrol di teras sambil mengasuh anak-anaknya,
ikut berjamaah di mesjid, berbelanja ke warung-warung sekitar rumah,
menyapa bapak-bapak yang tengah bekerja, bermain bersama anak-anak,
menawarkan makanan khas daerah kita, menceritakan perjalanan kita, dst.
Ada salah satu komentar seorang ibu (Ibu Engkun) yang
membanding-bandingkan kelompok KKN-ku dengan universitas sebelumnya,
“Anak-anak yang sekarang gak gengsi menyapa duluan, dekat dengan anak-anak, ikut manjat pohon mangga dan suka bercanda… jadi ke kitanya juga serasa akrab.”
Well, demikianlah postingan mengenai
tips menghadapi Kuliah Kerja Nyata alias KKN. Semoga KKN-mu lancar,
menyenangkan dan mengesankan. Terima kasih atas kunjungannya, ya.
Salaaam. ^_^
“Anak-anak yang sekarang gak gengsi menyapa duluan, dekat dengan anak-anak, ikut manjat pohon mangga dan suka bercanda… jadi ke kitanya juga serasa akrab.”
8. Do your Best dan Jaga Hubungan dengan Masyarakat
Berkesan di hari-hari awal bukan berarti selanjutnya biasa saja, ya?!
Sebisa mungkin kita jaga “ritme” hubungan itu. Pastikan masyarakat
nyaman dan memperolah manfaat dari keberadaan dan program kerja yang
kita tawarkan.
Mumpung di daerah asing yang mulai
menerima keberadaan kita, kerahkan saja potensi yang kita punya.
Misalnya ketika kita memegang sector pendidikan… jangan ragu mengerahkan
metode pembelajaran yang paling baik, menumpahkan pengetahuan,
mengadakan bimbingan belajar yang gratis dan berkualitas, dst.
Tetapi why not jika kita memberikan program ekstra (program yang tidak tertulis dalam catatan kelompok), misalnya meningkatkan jiwa kesenian dalam diri anak-anak. Kalau punya bakat bernyanyi/ acting/ menulis/ menari dst, bisa deh kita bagi pada anak-anak desa tersebut.
Tetapi why not jika kita memberikan program ekstra (program yang tidak tertulis dalam catatan kelompok), misalnya meningkatkan jiwa kesenian dalam diri anak-anak. Kalau punya bakat bernyanyi/ acting/ menulis/ menari dst, bisa deh kita bagi pada anak-anak desa tersebut.
9. Adakan Rapat Evaluasi Setiap Hari atau Berkala
Rapat evaluasi itu hukumnya wajib,
tetapi waktunya terserah anggota kelompok KKN; mau tiap hari? tiga kali
sehari? asalkan berkala. Rapat itu selain sangat bermanfaat untuk
mengevaluasi program kerja (kendalanya, tingkat kesuksesannya, respon
masyarakatnya, dst) juga bermanfaat untuk meluruskan konflik internal
yang ada dalam kelompok.
Satu hal yang patut kita maklum bahwa
keberadaan konflik itu adalah hal yang lumrah. Aku rasa semua kelompok
bakal menghadapinya, so kita dituntut untuk bijak dan sama-sama saling
berpikir dewasa.
10. Be Harmony! Jangan Tunjukkan Konflik or Perbedaan ke Masyarakat Sekitar
Jangan salah, konflik itu salah-satu hal
yang tak terhindarkan. Bahkan masalah dan perbedaan sepele pun bisa
memantik konflik yang agak pelik. Misalnya ketidakcocokan menu makan,
tempat tidur, pembagian jadwal piket, anggaran dana, dst. Mesti ada
pihak yang tidak terkotak-kotak untuk menjadi mediator-nya. Sehingga
ketika diskusi dalam acara rapat evaluasi, semuanya bisa memutuskan
dalam keadaan hati dan pikiran yang jernih.
Meski konflik itu tak bisa kita tampik, sebisa mungkin semua anggota kelompok tidak menunjukkannya ke masyarakat. Istilahnya meski di dalam rumah sedang ‘panas’, pastikan masyarakat melihatnya ‘dingin-dingin’ saja.
Demi menjaga “kestabilan” harmonisnya
hubungan kami dengan masyarakat, kelompok KKN-ku mengagendakan hari
Minggu sebagai hari santai yang bebas dari program kerja. Bersama bapak
pemilik rumah, kami mengunjungi objek wisata di sekitar kabupaten
tersebut. Kalau tidak, kami pun hanya menikmati suasana santai dengan
bapak pemilik rumah dan masyarakat sekitar. Misalnya dengan menonton
film bersama (memasang layar besar di daerah strategis seperti balai
desa), bakar-bakar jagung, makan nasi liwet dan ayam, memetik dan
memakan buah mangga bersama, bersepeda ria mengelilingi desa, main
badminton, dst.
11. Keep Contact dengan Keluarga, Pihak Kampus or Dosen Pembimbing
Untuk individu, penting rasanya menjaga
kontak dengan keluarga. Memberitahukan kondisi ter-update kita di tanah
orang, setidaknya, akan membuat mereka tak khawatir dan bisa
menyimpulkan keadaan kita di lokasi KKN. Khusus di kelompokku, mungkin
hanya aku dan seorang teman dari fakultas kehutanan yang belum pernah
pulang. Aku kabarkan pada keluarga bahwa aku betah dan menikmati seluruh
fase dalam kegiatan KKN. ^_^
Secara kelompok, kontak dengan pihak
kampus dan dosen pembimbing itu amat penting. Biasanya mereka akan
datang dalam waktu tak terduga untuk mengawasi kita. Kadang memberitahu
sebelumnya kadang juga tidak. Mereka biasanya mencecarkan beberapa
pertanyaan mengenai kegiatan dan keadaan kita di desa lokasi KKN. Kita
tak perlu merekayasa keadaan. Beritahu saja sejujurnya atas apa yang
mereka tanyakan, toh semua itu demi kenyamanan kita sendiri.
12. Susun Laporan Kelompok KKN
Hal ini menjadi pembelajaran bagi calon
peserta KKN. Dahulu aku dkk cukup disibukkan dengan berbagai agenda KKN,
sehingga penyusunan laporan kelompoknya molor. Padahal jika mau dirunut
lagi… kita bisa menyusun laporan itu sejak dini. Kita bisa segera
meminta data tentang desa, teratur melakukan pendataan KKN (absensi,
daftar program kerja, hambatan, dst), mengumpulkan dokumentasi kegiatan,
dst. Sehingga pas di akhir kegiatan kita hanya menyusun dan
merapikannya kembali, lalu meminta tanda tangan pihak-pihak terkait.
13. Akhir yang Baik dan Berkesan
Awal kedatangan kita ke desa itu baik,
maka mengakhirinya pun mesti baik juga. Tak ada salahnya kita
mengalokasikan dana untuk acara perpisahan KKN dengan desa. Agar
menarik, kita bisa mengadakan berbagai macam perlombaan yang bisa
diikuti seluruh lapisan masyarakat. Misalnya lomba cerdas-cermat untuk
pelajar SD, lomba keagamaan untuk pelajar SMP/SMA dan lomba tradisional
(balap karung, tarik tambang, kelereng) untuk umum atau khusus ibu-ibu.
Sosialisasikan lomba dan berbagai acara
perpisahan pada aparat desa dan masyarakat. Bisa dengan berbicara
langsung, dari mulut ke mulut atau menebar pamphlet. Tak kami sangka,
masyarakat ikut membantu pelaksanaannya. Entah itu dengan menyediakan
lokasi lomba, menyediakan sound system gratis, mencari peralatan lomba
(kelereng, tali, bel buatan, dst). Pokoknya antusiasme masyarakat sangat
tinggi. Bahkan pada malam perpisahan pun, suasananya seperti pasar
malam. Aparat desa, tokoh agama/masyarakat, guru-guru, bapak-bapak,
ibu-ibu, remaja, anak-anak dan para pedagang tumpah ruah di sekitar
balai desa, lokasi di mana kami menyelenggarakan acara puncak
perpisahan.
Mungkin tak ada hal paling berkesan
selain kenangan indah antara kelompok KKN dan masyarakat. Pengabdian dan
pengaruh positif kita akan melekat dalam sanubari masyarakat.
Pembelajaran dari masyarakat yang super bermanfaat pun akan sangat
tertancap dalam hati kita. Namun tak ada salahnya jika kita memberi
kenang-kenangan fisik. Khusus kelompok KKN-ku, sebelumnya kami mengamati
bahwa di desa lokasi KKN kami tak ada peta dan keadaan gapura desa
kurang baik. Kami pun membuat peta dan memperindah gapura desanya. Tak
hanya itu, kami pun menyerahkan kebutuhan desa yang belum tersedia
seperti plang RT/RW dan memberi kado sederhana pada sekolah.
0 komentar:
Posting Komentar