13 Tips Menghadapi Kuliah Kerja Nyata (KKN) oleh Universitas Kuningan (UNIKU) Tahun 2012

Kamis, 29 Juni 2017


Rasanya baru kemarin daku melaksanakan program KKN. Eh, sekarang-sekarang adik tingkatku mulai ‘galau’ dan kerap mendiskusikannya. Hum… beneran deh! Sidang komprehensif, skripsi, toefl, bla bla bla telah merenggut sebagian besar isi memoriku. -_-‘

Khawatir gak bakal hidup nyaman di daerah terpencil? Ragu-ragu bisa berbaur dengan anggota kelompok KKN yang asing-asing itu?

Bimbang dengan program kerja yang akan disuguhkan ke masyarakat? Takut gak bisa beradaptasi dengan cuaca, bahasa, adat-istiadat dan tetek-bengek tempat baru itu?

Hey… Semua pikiran or spekulasi itu w a j a r, kok. Tetapi… kalau meyakini semuanya, baru deh gak wajar. Hehehe. Kenapa? Daku pribadi telah membuktikan bahwa kekhawatiran dan pikiran negatifku pra-KKN ternyata tidak sepenuhnya terpampang nyata. Intinya… menerka-nerka sih boleh tapi baiknya jangan mensugestikan KKN-mu bakal buruk, gak berkesan, rumit, penuh konflik, dan seabreg catatan negatif lain. Kalau jadi kenyataan ‘kan bakal repot?! -_-‘

Baiklah baiklah… jom deh kita bahas tips menghadapi Kuliah Kerja Nyata alias KKN! ^_^

1. Luruskan Niat, Yuk?!

Masih percaya ‘kan dengan “segala sesuatu tergantung niat”? Kalau niatnya baik, insya Allah dimudahkan. Termasuk KKN. Hayuk deh kita niatkan tujuan utama KKN; mengabdikan diri pada masyarakat, mengaplikasikan teori yang kita dapat di bangku perkuliahan, belajar beradaptasi dengan kebudayaan daerah lain, belajar memahami perbedaan, belajar mandiri, kerja sama, dst.

2. Ikuti Apapun Kegiatan Pra-KKN

Biasanya sebelum KKN dilaksanakan, pihak lembaga akan membuat serangkaian acara pra-KKN. Entah itu pembagian kelompok, sosialisasi mengenai pembiayaan, lokasi KKN, pembekalan, dst. Kebayang deh waktu itu aku cuma kenal dua orang dari 20 anggota kelompok berbagai fakultas. Mereka asing dan sama sekali tak daku tahu sifat or karakternya.
So… kalau tak ada hal-hal yang penting, sangat dianjurkan deh jika kita mengikuti semua kegiatan itu. Selain mendapat informasi mengenai all about KKN, kita pun akan memiliki banyak kesempatan untuk berdiskusi dengan anggota kelompok KKN. Jadi insya Allah deh rasa persaudaraannya mulai terpupuk dan kita gak bakal kikuk.

3. “PDKT” dengan Anggota-anggota Kelompok KKN

Baiknya PDKT alias pendekatan dengan anggota kelompok KKN kita lakukan dari pra-KKN itu sendiri. Maka gak perlu merasa rugi untuk menghadiri diskusi kelompok (entah mendiskusikan program kerja, peralatan dan perbekalan yang diperlukan, ‘aturan’ internal bersama, alokasi dana/anggaran, penyusunan organisasi kelompok, dst) sebelum benar-benar berangkat ke lokasi KKN. Semua itu itung-itung ujian awal untuk kelompok kita, sebelum nanti menghadapi ujian sebenarnya yang lebih rumit dan tak terduga di lokasi KKN.
Nah, biasanya pertemuan demi pertemuan pra-KKN itu akan “membuka” topeng masing-masing secara perlahan. Yang awal-awalnya jaim akan “keluar” deh aslinya. Bagusnya, mengetahui sejak dini karakter masing-masing akan menjadi modal penting untuk “hidup bersama” di lokasi KKN.

4. Google Map atau “Rekreasi” Sambil Survey?

Dosen Pembimbing atau pihak kampus biasanya akan memberi maklumat supaya kita melakukan survey lokasi terlebih dahulu. Semua anggota kelompok gak wajib ikut, yang penting ada perwakilan ke sana. So, pilihan ada di tangan kita; ikut survey langsung atau hanya tahu gambaran dari google map

Kakakku sempat menggunakan google map untuk mengetahui gambaran lokasi KKN-ku, Desa Kubang Jero – Kecamatan Banjarharjo – Kabupaten Brebes. Namun karena tak puas, aku pun ikut survey saja. Kenapa survey-nya dibilang sambil “rekreasi”? Karena kedatangan kita ke lokasi KKN itu memang dalam suasana santai.
Ketika kami tiba… banyak hal yang kami pelajari. Beberapa diantaranya yaitu mengenai medan jalan (apakah memungkinkan jika beberapa diantara kami membawa sepeda motor?), keadaan geografisnya, rumahnya (apakah memadai dan strategis? dekat dengan balai desa? dekat dengan sekolah? dekat dengan pasar?), pasar atau tempat kami memenuhi kebutuhan primer, sambutan atau antusiasme aparat desa dan masyarakatnya, kebutuhan masyarakatnya (agar kita bisa mencocokkan dengan program kerja), adat-istiadat, bahasanya (apa sunda? sunda halus atau kasar? apa jawa?) dst.
Karena konsepnya santai, agenda kami pun hanya seputar mengobrol dengan aparat desa (Kepala Desa, Sekdes, Kepala Dusun, dst), pemilik rumah (mengenai keadaan rumah dan desa itu sendiri), ketua RT/RW dan berkeliling desa demi menghampiri, senyum + salam + sapa sekaligus mensosialisasikan keberadaan kami pada masyarakat.

5. Susun Rencana Program Kerja yang Baik dan Benar

Survey sekaligus “rekreasi” itu bukan berarti kita hanya observasi tempat lalu tak membawa ‘oleh-oleh’ apapun. Hasil survey berupa pengetahuan mengenai keadaan desa itu sangat membantu mendukung program kerja yang pas kita rencanakan untuk desa tersebut.
Contohnya di lokasi KKN-ku (Desa Kubangjero – Kecamatan Banjarharjo – Kabupaten Brebes). Program kerja budidaya ikan memang baik, tetapi keadaan desa kami tak memungkinkan, maka program kerja tersebut bakal gak bener jika diterapkan. Jadi selain program kerja yang baik, kita mesti pertimbangkan juga apakah program kerja tersebut cocok dan diperlukan pihak desa atau tidak. ^_^

6. Buat “Job Description”

Kalau program kerja sudah tersusun, selanjutnya kita buat pembagian kerja. Untuk memudahkan, biasanya pembagian kerja tersebut akan disesuaikan dengan spesialisasi masing-masing fakultas. Misalnya program pemberantasan buta huruf dipegang oleh anak-anak fakultas pendidikan, program vertikultur oleh anak fakultas kehutanan, program pengenalan komputer dan internet oleh anak-anak fakultas komputer, program tertib administrasi oleh anak-anak fakultas ekonomi jurusan manajemen, dst. Agar lebih tertata, kita juga bisa menunjuk koordinator program kerjanya.

7. Penampilan Berkesan di Awal-awal

Awal kedatangan kita ke desa cukup mempengaruhi respon masyarakat selanjutnya. Baiknya hari-hari pertama kedatangan kita ke desa, kita isi dengan PDKT ke seluruh elemen masyarakat (aparat desanya, tokoh masyarakatnya, anak-anaknya, ibu-ibunya, bapak-bapaknya, dst). Jangan sungkan untuk bergabung dengan ibu-ibu yang tengah mengobrol di teras sambil mengasuh anak-anaknya, ikut berjamaah di mesjid, berbelanja ke warung-warung sekitar rumah, menyapa bapak-bapak yang tengah bekerja, bermain bersama anak-anak, menawarkan makanan khas daerah kita, menceritakan perjalanan kita, dst. Ada salah satu komentar seorang ibu (Ibu Engkun) yang membanding-bandingkan kelompok KKN-ku dengan universitas sebelumnya,


Anak-anak yang sekarang gak gengsi menyapa duluan, dekat dengan anak-anak, ikut manjat pohon mangga dan suka bercanda… jadi ke kitanya juga serasa akrab.”

8. Do your Best dan Jaga Hubungan dengan Masyarakat

Berkesan di hari-hari awal bukan berarti selanjutnya biasa saja, ya?!  Sebisa mungkin kita jaga “ritme” hubungan itu. Pastikan masyarakat nyaman dan memperolah manfaat dari keberadaan dan program kerja yang kita tawarkan.
Mumpung di daerah asing yang mulai menerima keberadaan kita, kerahkan saja potensi yang kita punya. Misalnya ketika kita memegang sector pendidikan… jangan ragu mengerahkan metode pembelajaran yang paling baik, menumpahkan pengetahuan, mengadakan bimbingan belajar yang gratis dan berkualitas, dst.

Tetapi why not jika kita memberikan program ekstra (program yang tidak tertulis dalam catatan kelompok), misalnya meningkatkan jiwa kesenian dalam diri anak-anak. Kalau punya bakat bernyanyi/ acting/ menulis/ menari dst, bisa deh kita bagi pada anak-anak desa tersebut.

9. Adakan Rapat Evaluasi Setiap Hari atau Berkala

Rapat evaluasi itu hukumnya wajib, tetapi waktunya terserah anggota kelompok KKN; mau tiap hari? tiga kali sehari? asalkan berkala. Rapat itu selain sangat bermanfaat untuk mengevaluasi program kerja (kendalanya, tingkat kesuksesannya, respon masyarakatnya, dst) juga bermanfaat untuk meluruskan konflik internal yang ada dalam kelompok.
Satu hal yang patut kita maklum bahwa keberadaan konflik itu adalah hal yang lumrah. Aku rasa semua kelompok bakal menghadapinya, so kita dituntut untuk bijak dan sama-sama saling berpikir dewasa.

10. Be Harmony! Jangan Tunjukkan Konflik or Perbedaan ke Masyarakat Sekitar

Jangan salah, konflik itu salah-satu hal yang tak terhindarkan. Bahkan masalah dan perbedaan sepele pun bisa memantik konflik yang agak pelik. Misalnya ketidakcocokan menu makan, tempat tidur, pembagian jadwal piket, anggaran dana, dst. Mesti ada pihak yang tidak terkotak-kotak untuk menjadi mediator-nya. Sehingga ketika diskusi dalam acara rapat evaluasi, semuanya bisa memutuskan dalam keadaan hati dan pikiran yang jernih.
Meski konflik itu tak bisa kita tampik, sebisa mungkin semua anggota kelompok tidak menunjukkannya ke masyarakat. Istilahnya meski di dalam rumah sedang ‘panas’, pastikan masyarakat melihatnya ‘dingin-dingin’ saja.
Demi menjaga “kestabilan” harmonisnya hubungan kami dengan masyarakat, kelompok KKN-ku mengagendakan hari Minggu sebagai hari santai yang bebas dari program kerja. Bersama bapak pemilik rumah, kami mengunjungi objek wisata di sekitar kabupaten tersebut. Kalau tidak, kami pun hanya menikmati suasana santai dengan bapak pemilik rumah dan masyarakat sekitar. Misalnya dengan menonton film bersama (memasang layar besar di daerah strategis seperti balai desa), bakar-bakar jagung, makan nasi liwet dan ayam, memetik dan memakan buah mangga bersama, bersepeda ria mengelilingi desa, main badminton, dst.

11. Keep Contact dengan Keluarga, Pihak Kampus or Dosen Pembimbing

Untuk individu, penting rasanya menjaga kontak dengan keluarga. Memberitahukan kondisi ter-update kita di tanah orang, setidaknya, akan membuat mereka tak khawatir dan bisa menyimpulkan keadaan kita di lokasi KKN. Khusus di kelompokku, mungkin hanya aku dan seorang teman dari fakultas kehutanan yang belum pernah pulang. Aku kabarkan pada keluarga bahwa aku betah dan menikmati seluruh fase dalam kegiatan KKN. ^_^
Secara kelompok, kontak dengan pihak kampus dan dosen pembimbing itu amat penting. Biasanya mereka akan datang dalam waktu tak terduga untuk mengawasi kita. Kadang memberitahu sebelumnya kadang juga tidak. Mereka biasanya mencecarkan beberapa pertanyaan mengenai kegiatan dan keadaan kita di desa lokasi KKN. Kita tak perlu merekayasa keadaan. Beritahu saja sejujurnya atas apa yang mereka tanyakan, toh semua itu demi kenyamanan kita sendiri.

12. Susun Laporan Kelompok KKN

Hal ini menjadi pembelajaran bagi calon peserta KKN. Dahulu aku dkk cukup disibukkan dengan berbagai agenda KKN, sehingga penyusunan laporan kelompoknya molor. Padahal jika mau dirunut lagi… kita bisa menyusun laporan itu sejak dini. Kita bisa segera meminta data tentang desa, teratur melakukan pendataan KKN (absensi, daftar program kerja, hambatan, dst), mengumpulkan dokumentasi kegiatan, dst. Sehingga pas di akhir kegiatan kita hanya menyusun dan merapikannya kembali, lalu meminta tanda tangan pihak-pihak terkait.

13. Akhir yang Baik dan Berkesan

Awal kedatangan kita ke desa itu baik, maka mengakhirinya pun mesti baik juga. Tak ada salahnya kita mengalokasikan dana untuk acara perpisahan KKN dengan desa. Agar menarik, kita bisa mengadakan berbagai macam perlombaan yang bisa diikuti seluruh lapisan masyarakat. Misalnya lomba cerdas-cermat untuk pelajar SD, lomba keagamaan untuk pelajar SMP/SMA dan lomba tradisional (balap karung, tarik tambang, kelereng) untuk umum atau khusus ibu-ibu.

Sosialisasikan lomba dan berbagai acara perpisahan pada aparat desa dan masyarakat. Bisa dengan berbicara langsung, dari mulut ke mulut atau menebar pamphlet. Tak kami sangka, masyarakat ikut membantu pelaksanaannya. Entah itu dengan menyediakan lokasi lomba, menyediakan sound system gratis, mencari peralatan lomba (kelereng, tali, bel buatan, dst). Pokoknya antusiasme masyarakat sangat tinggi. Bahkan pada malam perpisahan pun, suasananya seperti pasar malam. Aparat desa, tokoh agama/masyarakat, guru-guru, bapak-bapak, ibu-ibu, remaja, anak-anak dan para pedagang tumpah ruah di sekitar balai desa, lokasi di mana kami menyelenggarakan acara puncak perpisahan.

Mungkin tak ada hal paling berkesan selain kenangan indah antara kelompok KKN dan masyarakat. Pengabdian dan pengaruh positif kita akan melekat dalam sanubari masyarakat. Pembelajaran dari masyarakat yang super bermanfaat pun akan sangat tertancap dalam hati kita. Namun tak ada salahnya jika kita memberi kenang-kenangan fisik. Khusus kelompok KKN-ku, sebelumnya kami mengamati bahwa di desa lokasi KKN kami tak ada peta dan keadaan gapura desa kurang baik. Kami pun membuat peta dan memperindah gapura desanya. Tak hanya itu, kami pun menyerahkan kebutuhan desa yang belum tersedia seperti plang RT/RW dan memberi kado sederhana pada sekolah.

Well, demikianlah postingan mengenai tips menghadapi Kuliah Kerja Nyata alias KKN. Semoga KKN-mu lancar, menyenangkan dan mengesankan. Terima kasih atas kunjungannya, ya. Salaaam. ^_^

0 komentar:

Posting Komentar

Recent Post