Selain
terkenal dengan candu kopinya yang sudah menembus pasar mancanegara,
Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, juga menjadi satu-satunya wilayah
penghasil keju lokal yang disebut “‘dangke”. Ini adalah makanan khas
daerah tersebut, berbahan baku susu kerbau maupun sapi yang dibekukan.
Proses
penggumpalan susu (pembentukan curd) dilakukan dengan bantuan enzim
protease pun terbilang unik, karena menggunakan daun dan buah pepaya.
Secara alamiah, enzim daun dan buah pepaya mengubah susu kerbau menjadi
padat, setelah terjadi pemisahan antara protein dan air. Hasil
penggumpalan inilah yang kemudian dimasak dan dicetak dalam tempurung
kelapa yang telah dibelah menjadi dua bagian.
Dilihat
sepintas, dangke mirip dengan tahu karena teksturnya yang kenyal, namun
warnanya putih agak kekuningan. Rasanya gurih dengan aroma khas keju
parmesan. Dangke aman untuk kesehatan karena diproses tanpa bahan
pengawet.
Setelah sapi
selesai dimandikan, barulah dilakukan pemerasan, air susu sapi kemudian
disaring untuk memisahkan kotoran dengan susu sebelum dilakukan
fermentasi. Adapun getah pepaya muda digunakan sebagai bahan campuran
pembuat dangke.
Air susu
dimasak dengan suhu minimal 70 derajat Celsius, kemudian dicampur getah
pepaya. Getah ini untuk memisahkan lemak, protein, dan air. Selain itu,
getah pepaya berfungsi untuk memadatkan bahan susu. Setelah lemak,
protein, dan air dipisahkan, barulah dilakukan proses mencetak. Alat
yang digunakan untuk mencetak dangke juga menggunakan alat tradisional,
yakni tempurung kelapa.
Setelah
dimasukkan ke dalam alat cetak, adonan dibiarkan hingga dingin dan
memadat. Maka, jadilah dangke. Makanan ini cukup sulit didapatkan di
luar Enrekang. Tapi di Kabupaten Enrekang, dangke menjadi makanan yang
mudah ditemui. Namun demikian, pembeli biasanya memilih tempat produksi dangke yang dianggap higienis. Pasalnya ada juga dangke yang rasanya agak kecut.
“Dangke
paling enak dimakan dengan beras keketan atau di Enrekang di sebut
dengan pulu mandoti. Ada dua titik pusat budidaya sapi yang susunya
merupakan bahan baku penganan dangke, yakni di Dusun Rante Limbong,
Kecamatan Curio dan Bolang, Kecamatan Maula,” kata Kepala Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Enrekang H Lateng.
Dengan
populasi ternak yang mampu menghasilkan 672.000 liter susu pertahun,
produksi dangke Enrekang, mampu memenuhi permitaan konsumen yang
peminatnya tersebar di Makassar, Kalimantan, Papua, Jakarta hingga
Malaysia. Dengan harga jual antara Rp 8 – 15 ribu per potongnya,
peternak bisa mendapat keuntungan antara Rp 6 – 8 juta untuk setiap ekor
sapi.
“Yang unik,
di wilayah Sulawesi Selatan, dangke hanya bisa didapatkan di Kabupaten
Enrekang. Dangke yang menjadi trend mark Kabupaten Enrekang, bahkan
sudah dipatenkan pemkab Enrekang pada Direktorat Paten dan Hak Cipta
Depkumham RI.”
sumber : https://norma07dp.wordpress.com/wisata-di-kab-enrekang/
0 komentar:
Posting Komentar